BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Sejarah Tradisi Nyangku
Panjalu
pada masa sekarang merupakan sebuah kecamatan yang berada di sebelah utara
Kabupaten Ciamis. Kota kecil ini telah menyimpan berbagai cerita yang menarik
dan terpelihara dengan baik secara lisan maupun tertulis, yakni dari cerita
rakyat maupun babad. Perjalanan sejarah Panjalu dibagi 2 (dua), yaitu sejarah
panjalu lama dari sejak terjadinya kerajaan Panjalu hingga sejarah Panjalu
baru. Sejarah Panjalu baru, yaitu sejak masuknya agama Islam sampai runtuhnya
kerajaan Panjalu.
Panjalu
adalah nama sebuah kerajaan dibagian Ciamis utara yang sekarang menjadi nama
sebuah desa, kerajaan Panjalu memiliki 2 (dua) cerita yaitu cerita Panjalu lama
dan cerita Panjalu baru. Panjalu lama yaitu saat Panjalu masih memeluk agama
Hindu, sedangkan cerita Panjalu baru dari pemerintahan Borosngora yang akhirnya
kerajaan Panjalu memeluk agama Islam hingga runtuhnya kerajaan Panjalu,
kerajaan Panjalu dipimpin secara turun-temurun
dari mulai Rangga Gumikang sampai dengan Dalem Cakranagara III.
“Kelemahan dalam sejarah Panjalu adalah dalam tahun pendirian banyak yang
berbeda, jadi sulit untuk menentukan tahun berdirinya dan banyak
versi-versinya.” (H. Djaja Sukardja, 2001).
Bumi
Alit, Situ Lengkong, dan upacara adat Nyangku merupakan salah satu bukti
peningalan sejarah pada waktu agama Islam masuk ke Panjalu. Bumi Alit adalah
museum penyimpanan barang-barang peninggalan kerajaan Panjalu seperti pedang,
keris-keris para raja, dan lain-lain. Situ Lengkong adalah dermaga air yang
dibuat oleh raja Syang Hyang Borosngora, setelah kepulangannya dari Makkah.
Upacara adat Nyangku pada zaman dahulu merupakan suatu misi yang agung, yaitu
salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam di Panjalu. Upacara adat Nyangku
dilakukan satu tahun satu kali, yaitu pada tanggal 27 Robi’ul Awal atau akhir
bulan Robi’ul Awal (Maulud) pada minggu terakhir hari Senin atau hari Jum’at
yang di dalamnya tersusun acara ziarah kubur ke Nusa Gede (Situ Lengkong),
pembersihan barang-barang peninggalan raja-raja, tatanan acara dimulai dari
pengambilan keris di Bumi Alit, setelah itu keris diambil ke Nusa Gede, setelah
diambil ke Nusa Gede keris itu pun dibawa oleh sesepuh Panjalu ke tempat
pembersihan untuk dibersihkan dan setelah itu
keris kembali disimpan di Bumi Alit.
3.2 Prosesi Tradisi Nyangku
Penyelenggaraan
upacara adat Nyangku dilaksanakan oleh para sesepuh Panjalu, unsur pemerintah
desa, instansi-instansi yang terikat, LKMD, tokoh masyarakat, dan para kuncen.
Jalannya upacara adat Nyangku dikoordinir oleh Yayasan Borosngora dan Desa.
Sebagai
persiapan kegiatan, semua keluarga keturunan Panjalu menjelang Maulud Nabi
Muhammad SAW biasanya zaman dulu sering kali mempersiapkan beras merah sebagai
bahan sesajen untuk membuat tumpeng. Beras tersebut dikupas dengan tangan dari
tangal 1 (satu) Robi’ul Awal sampai dengan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan
upacara adat Nyangku. Selanjutnya para warga keturunan Panjalu mengunjungi
makam para raja-raja Panjalu untuk berziarah dan memberi tahukan upacara kepada
kuncen-kuncen para leluhur Panjalu.
Adapun
yang dilakukan setelah itu adalah pengambilan air untuk membersihkan
benda-benda pusaka dari 7 (tujuh) sumber mata air yaitu: mata air Situ
Lengkong, Karantenan, Kapundunhan, Cipanjalu, Kubangkelong, Pasangrahan, Kulah
Bombang Kencana. Pengambilan dilakukan oleh petugas. Keperluan lain yang
diperlukan dalam upacara adalah sesajen yang terdiri dari 7 (tujuh) macam
makanan yaitu: ayam panggang, tumpeng nasi merah, tumpeng nasi kuning, ikan
dari Situ Lengkong, sayur daun kelor, telur ayam kampung, umbi-umbian, dan 7
(tujuh) macam minuman yaitu: kopi pahit, kopi manis, air putih, air teh, air
mawar, air bajigur, rujak pisang. Perlengkapan yang lain yang diperlukan dalam
upacara adalah 9 (Sembilan) payung dan kesenian gemyung untuk mengiringi
jalannya upacara.
Sebelum
upacara adat Nyangku dilaksanakan, pada malam harinya diadakan suatu acara
mauludan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para
sesepuh Panjalu serta masyarakat yang datang dari berbagai penjuru dengan
susunan acara biasanya yaitu: pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an
diteruskan dengan tawasul dan membaca berjanji, penjelasan atau riwayat singkat
pelaksanaan Nyangku oleh ketua Yayasan Borosngora yaitu Bapak H.Itik Atong
Cakradinata, sambutan-sambutan dari wakil pemerintah daerah, sesepuh Panjalu,
kasi kebudayaan Depdiknas Kabupaten Ciamis, uraian mauled Nabi, do’a dan
penutup dilanjutkan dengan acara kesenian gemyung yang dilksanakan sampai pukul
03.00 WIB.
Pada
pagi harinya dengan berpakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu dan keluarga
besar Yayasan Borosngora berjalan beriringan menuju Bumi Alit tempat
benda-benda pusaka disimpan, kemudian dibacakan puji-pujian dan Shalawat Nabi
Muhammad SAW, setelah benda pusaka dibungkus dengan kain putih, mulailah
disiapkan untuk segera diarak menuju tempat pemersihan. Perjalanannya dikawal
oleh peserta upacara adat serta diiringi dengan music gemyung dan bacaan
Shalawat Nabi. Benda-benda pusaka diarak menuju Nusa Gede (Situ Lengkong). Pada
upacara adat Nyangku selain diiringi musiki gemyung juga diiringi oleh upacara
adat.
Barisan
pembawa umbul-umbul, penabuh gemyung, dan barisan para sesepuh Panjalu berjalan
beriringan dengan para pembawa benda pusaka, kemudian setelah sampai di Nusa
Gede dengan perahu mereka menuju Nusa Gede dengan dikawal 20 (dua puluh)
perahu, kemudian diarak kembali menuju bangunan yang telah dibuat oleh panitia
dan ada kasur yang dibuat khusus untuk menyimpan benda pusaka. Satu persatu
benda pusaka mulai dibuka bungkusnya lalu diperlihatkan kepada pengunjung
sambil dibacakan riwayatnya oleh Haji Itik Atong Cakradinata. Setelah itu
benda-benda pusaka mulai dibersihkan dengan air dari 7 (tujuh) sumber mata air
memakai jeruk nipis, yang pertama kali dibersihkan adalah pedang Sanghiang
Borosngora, setelah selesai dibersihkan lalu diolesi minyak kelapa yang dibuat
khusus, setelah itu dibungkus kembali memakai janur kuning dan kain kapan
sebanyak 7 (tujuh) lapis dan diikat memakai tali dari benang boeh dan
dikeringkan memakai asap dari kemenyan, setelah itu disimpan kembali di Bumi
Alit. Pelaksanaan upacara adat Nyangku tidak selamanya dilaksanakan di Nusa
Gede Panjalu, kadang juga dilaksanakan di Alun-alun Panjalu tergantung situasi
dan kondisi. Walaupun dilaksanakan di Alun-alun Panjalu tetapi tidak mengurangi
kesakralan upacara tersebut.
Kadang
sebelum rombongan dating ke pusat desa, diadakan penjemputan dengan karesme
adat seolah-olah yang dating itu calon pengantin pria dan diramaikan oleh
berbagai kesenian diluar kesenian gemyung bahkan di Alun-alun Panjalu sebelum
acara adat Nyangku suka dilaksanakan kegiatan pasar malam. Benda-benda yang
dibersihkan pada upacara adat Nyangku adalah: Pedang (sebagai senjata pembela
dalam rangka penyebaran agama Islam.), Cis (sebagai senjata pembela diri dalam
rangka penyebaran agama Islam.), Kujang (bekas membelah belangga yang menutupi
kepala Bombang Kencana.), Keris komando (senjata bekas para raja sebagai tongkat komando.),
Keris pegangan para Bupati Panjalu, Panca Woro (senjata perang.), Bangreng
(senjata perang.), Goong kecil (sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat dimasa
lampau.), semua benda pusaka yang ada di keluarga Yayasan Borosngora dan benda
pusaka yang berada dimasyarakat Panjalu.
3.3 Nilai-nilai Tradisi Nyangku bagi Masyarakat
3.3.1 Nilai
Kebudayaan
Nilai kebudayaan dalam kegiatan tradisi
Nyangku ini ada banyak nilai-nilai kebudayaan seperti diadakan pertunjukan
musik gemyung, upacara adat, wayang Julung khas Panjalu, yang dilakukan pada
acara tradisi Nyangku.
3.3.2 Nilai
Ekonomi
Nilai Ekonomi dalam kegiatan tradisi
Nyangku ini adalah banyaknya para wisatawan yang dating dari luar daerah,
membuat para masyarakat berminat untuk berdagang. Jadi mereka memanfaatkan
acara itu sebagai sumber ekonomi.
3.3.3 Nilai
Agama
Nilai Agama dalam kegiatan tradisi
Nyangku ini adalah upacara adat Nyangku ini dilaksanakan untuk memperingati
lahirnya nabi Muhammad SAW pada tangal 27 Robi’ul Awal yang jatuh pada hari
Senin dan Jum’at.
3.3.4 Nilai
Sosial
Nilai Sosial dalam kegiatan tradisi
Nyangku ini adalah pemerintah mengharapkan untuk menyambung tali silaturahmi
antara masyrakat yang berdatangan dari berbagai penjuru daerah dengan
masyarakat Panjalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar