Sabtu, 29 November 2014

BAB III



BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1  Sejarah Tradisi Nyangku
Panjalu pada masa sekarang merupakan sebuah kecamatan yang berada di sebelah utara Kabupaten Ciamis. Kota kecil ini telah menyimpan berbagai cerita yang menarik dan terpelihara dengan baik secara lisan maupun tertulis, yakni dari cerita rakyat maupun babad. Perjalanan sejarah Panjalu dibagi 2 (dua), yaitu sejarah panjalu lama dari sejak terjadinya kerajaan Panjalu hingga sejarah Panjalu baru. Sejarah Panjalu baru, yaitu sejak masuknya agama Islam sampai runtuhnya kerajaan Panjalu.
Panjalu adalah nama sebuah kerajaan dibagian Ciamis utara yang sekarang menjadi nama sebuah desa, kerajaan Panjalu memiliki 2 (dua) cerita yaitu cerita Panjalu lama dan cerita Panjalu baru. Panjalu lama yaitu saat Panjalu masih memeluk agama Hindu, sedangkan cerita Panjalu baru dari pemerintahan Borosngora yang akhirnya kerajaan Panjalu memeluk agama Islam hingga runtuhnya kerajaan Panjalu, kerajaan Panjalu dipimpin secara turun-temurun  dari mulai Rangga Gumikang sampai dengan Dalem Cakranagara III. “Kelemahan dalam sejarah Panjalu adalah dalam tahun pendirian banyak yang berbeda, jadi sulit untuk menentukan tahun berdirinya dan banyak versi-versinya.” (H. Djaja Sukardja, 2001).
Bumi Alit, Situ Lengkong, dan upacara adat Nyangku merupakan salah satu bukti peningalan sejarah pada waktu agama Islam masuk ke Panjalu. Bumi Alit adalah museum penyimpanan barang-barang peninggalan kerajaan Panjalu seperti pedang, keris-keris para raja, dan lain-lain. Situ Lengkong adalah dermaga air yang dibuat oleh raja Syang Hyang Borosngora, setelah kepulangannya dari Makkah. Upacara adat Nyangku pada zaman dahulu merupakan suatu misi yang agung, yaitu salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam di Panjalu. Upacara adat Nyangku dilakukan satu tahun satu kali, yaitu pada tanggal 27 Robi’ul Awal atau akhir bulan Robi’ul Awal (Maulud) pada minggu terakhir hari Senin atau hari Jum’at yang di dalamnya tersusun acara ziarah kubur ke Nusa Gede (Situ Lengkong), pembersihan barang-barang peninggalan raja-raja, tatanan acara dimulai dari pengambilan keris di Bumi Alit, setelah itu keris diambil ke Nusa Gede, setelah diambil ke Nusa Gede keris itu pun dibawa oleh sesepuh Panjalu ke tempat pembersihan untuk dibersihkan dan setelah itu  keris kembali disimpan di Bumi Alit.
3.2  Prosesi Tradisi Nyangku
Penyelenggaraan upacara adat Nyangku dilaksanakan oleh para sesepuh Panjalu, unsur pemerintah desa, instansi-instansi yang terikat, LKMD, tokoh masyarakat, dan para kuncen. Jalannya upacara adat Nyangku dikoordinir oleh Yayasan Borosngora dan Desa.
Sebagai persiapan kegiatan, semua keluarga keturunan Panjalu menjelang Maulud Nabi Muhammad SAW biasanya zaman dulu sering kali mempersiapkan beras merah sebagai bahan sesajen untuk membuat tumpeng. Beras tersebut dikupas dengan tangan dari tangal 1 (satu) Robi’ul Awal sampai dengan 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan upacara adat Nyangku. Selanjutnya para warga keturunan Panjalu mengunjungi makam para raja-raja Panjalu untuk berziarah dan memberi tahukan upacara kepada kuncen-kuncen para leluhur Panjalu.
Adapun yang dilakukan setelah itu adalah pengambilan air untuk membersihkan benda-benda pusaka dari 7 (tujuh) sumber mata air yaitu: mata air Situ Lengkong, Karantenan, Kapundunhan, Cipanjalu, Kubangkelong, Pasangrahan, Kulah Bombang Kencana. Pengambilan dilakukan oleh petugas. Keperluan lain yang diperlukan dalam upacara adalah sesajen yang terdiri dari 7 (tujuh) macam makanan yaitu: ayam panggang, tumpeng nasi merah, tumpeng nasi kuning, ikan dari Situ Lengkong, sayur daun kelor, telur ayam kampung, umbi-umbian, dan 7 (tujuh) macam minuman yaitu: kopi pahit, kopi manis, air putih, air teh, air mawar, air bajigur, rujak pisang. Perlengkapan yang lain yang diperlukan dalam upacara adalah 9 (Sembilan) payung dan kesenian gemyung untuk mengiringi jalannya upacara.
Sebelum upacara adat Nyangku dilaksanakan, pada malam harinya diadakan suatu acara mauludan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para sesepuh Panjalu serta masyarakat yang datang dari berbagai penjuru dengan susunan acara biasanya yaitu: pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an diteruskan dengan tawasul dan membaca berjanji, penjelasan atau riwayat singkat pelaksanaan Nyangku oleh ketua Yayasan Borosngora yaitu Bapak H.Itik Atong Cakradinata, sambutan-sambutan dari wakil pemerintah daerah, sesepuh Panjalu, kasi kebudayaan Depdiknas Kabupaten Ciamis, uraian mauled Nabi, do’a dan penutup dilanjutkan dengan acara kesenian gemyung yang dilksanakan sampai pukul 03.00 WIB.
Pada pagi harinya dengan berpakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu dan keluarga besar Yayasan Borosngora berjalan beriringan menuju Bumi Alit tempat benda-benda pusaka disimpan, kemudian dibacakan puji-pujian dan Shalawat Nabi Muhammad SAW, setelah benda pusaka dibungkus dengan kain putih, mulailah disiapkan untuk segera diarak menuju tempat pemersihan. Perjalanannya dikawal oleh peserta upacara adat serta diiringi dengan music gemyung dan bacaan Shalawat Nabi. Benda-benda pusaka diarak menuju Nusa Gede (Situ Lengkong). Pada upacara adat Nyangku selain diiringi musiki gemyung juga diiringi oleh upacara adat.
Barisan pembawa umbul-umbul, penabuh gemyung, dan barisan para sesepuh Panjalu berjalan beriringan dengan para pembawa benda pusaka, kemudian setelah sampai di Nusa Gede dengan perahu mereka menuju Nusa Gede dengan dikawal 20 (dua puluh) perahu, kemudian diarak kembali menuju bangunan yang telah dibuat oleh panitia dan ada kasur yang dibuat khusus untuk menyimpan benda pusaka. Satu persatu benda pusaka mulai dibuka bungkusnya lalu diperlihatkan kepada pengunjung sambil dibacakan riwayatnya oleh Haji Itik Atong Cakradinata. Setelah itu benda-benda pusaka mulai dibersihkan dengan air dari 7 (tujuh) sumber mata air memakai jeruk nipis, yang pertama kali dibersihkan adalah pedang Sanghiang Borosngora, setelah selesai dibersihkan lalu diolesi minyak kelapa yang dibuat khusus, setelah itu dibungkus kembali memakai janur kuning dan kain kapan sebanyak 7 (tujuh) lapis dan diikat memakai tali dari benang boeh dan dikeringkan memakai asap dari kemenyan, setelah itu disimpan kembali di Bumi Alit. Pelaksanaan upacara adat Nyangku tidak selamanya dilaksanakan di Nusa Gede Panjalu, kadang juga dilaksanakan di Alun-alun Panjalu tergantung situasi dan kondisi. Walaupun dilaksanakan di Alun-alun Panjalu tetapi tidak mengurangi kesakralan upacara tersebut.
Kadang sebelum rombongan dating ke pusat desa, diadakan penjemputan dengan karesme adat seolah-olah yang dating itu calon pengantin pria dan diramaikan oleh berbagai kesenian diluar kesenian gemyung bahkan di Alun-alun Panjalu sebelum acara adat Nyangku suka dilaksanakan kegiatan pasar malam. Benda-benda yang dibersihkan pada upacara adat Nyangku adalah: Pedang (sebagai senjata pembela dalam rangka penyebaran agama Islam.), Cis (sebagai senjata pembela diri dalam rangka penyebaran agama Islam.), Kujang (bekas membelah belangga yang menutupi kepala Bombang Kencana.), Keris komando (senjata  bekas para raja sebagai tongkat komando.), Keris pegangan para Bupati Panjalu, Panca Woro (senjata perang.), Bangreng (senjata perang.), Goong kecil (sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat dimasa lampau.), semua benda pusaka yang ada di keluarga Yayasan Borosngora dan benda pusaka yang berada dimasyarakat Panjalu.
3.3  Nilai-nilai Tradisi Nyangku bagi Masyarakat
3.3.1    Nilai Kebudayaan
Nilai kebudayaan dalam kegiatan tradisi Nyangku ini ada banyak nilai-nilai kebudayaan seperti diadakan pertunjukan musik gemyung, upacara adat, wayang Julung khas Panjalu, yang dilakukan pada acara tradisi Nyangku.
3.3.2    Nilai Ekonomi
Nilai Ekonomi dalam kegiatan tradisi Nyangku ini adalah banyaknya para wisatawan yang dating dari luar daerah, membuat para masyarakat berminat untuk berdagang. Jadi mereka memanfaatkan acara itu sebagai sumber ekonomi.
3.3.3    Nilai Agama
Nilai Agama dalam kegiatan tradisi Nyangku ini adalah upacara adat Nyangku ini dilaksanakan untuk memperingati lahirnya nabi Muhammad SAW pada tangal 27 Robi’ul Awal yang jatuh pada hari Senin dan Jum’at.
3.3.4    Nilai Sosial
Nilai Sosial dalam kegiatan tradisi Nyangku ini adalah pemerintah mengharapkan untuk menyambung tali silaturahmi antara masyrakat yang berdatangan dari berbagai penjuru daerah dengan masyarakat Panjalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar